Emas Murah atau Mahal? Pelajari Pola Harga Emas Sepanjang 10 Tahun Terakhir

Kamu yang ingin mulai berinvestasi emas pasti sering bertanya-tanya, kapan harga emas biasanya turun? Apakah ada bulan tertentu di mana logam mulia ini cenderung lebih murah? Di tengah harga emas yang terus mencuri perhatian, terutama karena sentimen penurunan suku bunga, memanasnya konflik Timur Tengah, hingga aksi beli besar-besaran oleh bank sentral dan investor, penting untuk mengetahui waktu terbaik untuk membeli emas.  

Emas Murah atau Mahal? Pelajari Pola Harga Emas Sepanjang 10 Tahun Terakhir



Sepanjang 2024, emas mencatatkan performa yang luar biasa. Menurut riset dari Tim Bareksa, baik harga emas per gram dalam rupiah di dalam negeri maupun harga emas per ounce di pasar dunia menunjukkan tren positif. 

Selama periode Januari hingga September 2024, harga emas dalam negeri hanya mengalami penurunan bulanan sebanyak tiga kali, sementara sisanya mencatatkan kenaikan. 

Di pasar spot dunia, kinerja emas bahkan lebih mengesankan, dengan harga naik tujuh kali dan turun hanya dua kali dalam sembilan bulan tersebut.  

Melihat tren ini, emas terus menunjukkan daya tariknya sebagai investasi yang tangguh. Meski harga bisa berfluktuasi, memahami pola ini bisa membantumu menentukan kapan waktu terbaik untuk mulai mengoleksi logam mulia.

Pada 2024, bulan dengan kenaikan harga emas dalam negeri paling signifikan tercatat pada April, dengan peningkatan sebesar 6,96%. Sebaliknya, penurunan harga terdalam terjadi pada Februari, yakni sebesar minus 0,68%.  

Polanya hampir serupa dengan pasar emas global. Kenaikan tertinggi juga terjadi di bulan April, mencapai 7,6%. Namun, penurunan harga terdalam terjadi di bulan Juni dengan angka minus 1,11%. 

Data ini menunjukkan bahwa meski ada sedikit perbedaan waktu dan besaran fluktuasi, tren harga emas di pasar domestik dan global cenderung bergerak seirama.  

Memahami pola ini bisa membantu kamu membuat strategi investasi emas yang lebih matang, terutama jika ingin memanfaatkan momentum tertentu untuk mendapatkan harga terbaik. 

Pada September 2024, harga emas mencatatkan momen bersejarah dengan beberapa kali menembus rekor tertinggi sepanjang masa. Hal ini didorong oleh keputusan The Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan sebesar 0,5%. 

Akibatnya, harga emas dunia mengalami kenaikan signifikan sebesar 6,48% di akhir bulan, sementara harga emas dalam negeri turut naik 2,89%.  

Secara keseluruhan, dalam periode Januari hingga September 2024, harga emas dalam negeri melonjak 26,1%, dari Rp1,05 juta per gram di akhir 2023 menjadi Rp1,32 juta per gram. 

Di sisi lain, harga emas spot dunia mencatat lonjakan lebih besar, yaitu 30%, dari US$2.029 per ounce di akhir 2023 menjadi US$2.639 per ounce pada akhir September 2024.  

Namun, jika menilik 10 tahun terakhir, tahun terburuk bagi harga emas dalam negeri terjadi pada 2015, ketika harga turun 8 kali dalam setahun dan hanya naik 4 kali. 

Tren serupa terlihat pada harga emas spot dunia, dengan tahun terburuk pada 2021, mencatatkan 8 kali penurunan dan hanya 4 kali kenaikan.  

Menariknya, meski harga emas dalam negeri dan dunia cenderung bergerak seirama, keduanya tidak selalu memiliki pola kenaikan dan penurunan yang identik. 

Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti ketidakpastian global, penawaran dan permintaan emas, kebijakan moneter, tingkat inflasi, serta nilai tukar dolar AS terhadap rupiah. 

Kombinasi faktor-faktor ini membuat harga emas dalam negeri memiliki dinamika tersendiri yang perlu dipahami oleh para investor.

Di Bulan Apa Harga Emas Biasanya Naik atau Turun?


Berdasarkan penelusuran Tim Riset Bareksa, dengan mengutip data dari World Gold Council, Treasury, dan sumber terpercaya lainnya, terdapat pola menarik dalam pergerakan harga emas selama 10 tahun terakhir (2014-2024). Salah satu temuan utamanya adalah bahwa bulan September sering menjadi bulan merah untuk harga emas. 

Dalam periode tersebut, harga emas dalam negeri mengalami penurunan sebanyak 8 kali dan hanya naik 2 kali pada bulan kesembilan ini. Tren serupa juga terlihat di pasar spot dunia, di mana harga emas mencatat penurunan 7 kali selama 10 tahun terakhir.  

Hal ini membuat September dijuluki sebagai “September curse” atau “kutukan harga emas di bulan September” oleh para pelaku pasar. Fenomena ini menggambarkan kecenderungan harga emas untuk melemah di bulan tersebut.  

Namun, pada September 2024, tren ini berubah. Harga emas dalam negeri dan global justru mencatat kenaikan, mematahkan mitos “September curse.” 

Kenaikan ini sejalan dengan berbagai faktor pendukung, termasuk pemangkasan suku bunga oleh The Fed dan tingginya permintaan emas di tengah situasi ekonomi yang tidak pasti.


Jika mengamati kinerja historis, Oktober menjadi bulan dengan catatan penurunan terbanyak untuk harga emas dunia. Dalam periode 9 tahun terakhir, harga emas dunia turun sebanyak 7 kali, atau sekitar 77%, dan hanya mencatat kenaikan 2 kali. 

Untuk harga emas dalam negeri, penurunan pada bulan Oktober terjadi sebanyak 6 kali dari 9 tahun terakhir, memberikan peluang penurunan sekitar 66%.  

Namun, jika melihat harga emas dalam negeri selama 10 tahun terakhir, September tetap menjadi bulan dengan catatan penurunan terbanyak, yakni mencapai 80%. 

Selain itu, bulan-bulan seperti Maret, Mei, Juni, dan Agustus juga memiliki tren penurunan yang signifikan, masing-masing dengan probabilitas penurunan sekitar 60% dalam 10 tahun terakhir.  

Sementara itu, bulan Oktober dan November mencatatkan masing-masing 6 kali penurunan harga emas dalam periode 9 tahun terakhir. 

Tren ini menunjukkan bahwa meskipun ada pola tertentu, pergerakan harga emas tetap dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal, seperti dinamika ekonomi global, kebijakan moneter, hingga kondisi geopolitik.

Bulan Terbaik dan Terburuk untuk Harga Emas


Dalam periode 9 tahun terakhir, Desember menjadi salah satu bulan terbaik untuk harga emas dalam negeri. Data menunjukkan harga emas hanya mengalami penurunan dua kali, dengan peluang kenaikan mencapai 77% dan potensi penurunan sebesar 23%. Bulan Januari juga termasuk bulan yang menguntungkan, karena dalam 10 tahun terakhir harga emas dalam negeri hanya turun 3 kali (30%) dan naik sebanyak 7 kali (70%).  

Sementara itu, untuk emas spot dunia, Januari mencatatkan performa terbaik. Dalam 10 tahun terakhir, bulan ini menunjukkan tren 100% kenaikan tanpa adanya penurunan harga. 

Sebaliknya, Oktober menjadi bulan dengan kinerja terburuk untuk emas global, di mana harga turun sebanyak 8 kali (88%) dari 9 tahun terakhir.  

Pada bulan November dan Desember, harga emas dunia menunjukkan tren yang lebih seimbang. Dalam periode 9 tahun terakhir, harga turun sebanyak 5 kali (55%) dan naik 4 kali (45%) di masing-masing bulan tersebut. 

Data ini menunjukkan bahwa performa harga emas sangat bervariasi tergantung bulan, dengan Januari sering dianggap sebagai waktu terbaik untuk emas dunia.

Strategi yang Pas untuk Investasi Emas


Melihat kinerja historis harga emas, ada beberapa strategi yang bisa kamu pertimbangkan saat berinvestasi emas. Salah satunya adalah memilih bulan-bulan tertentu yang dianggap sebagai waktu yang tepat untuk membeli, misalnya pada bulan yang historis menunjukkan potensi penurunan harga. 

Contohnya, September, Oktober, atau November, yang masing-masing memiliki potensi penurunan harga emas dalam negeri hingga 80% dan 77%. 

Setelah membeli di bulan-bulan tersebut, kamu bisa mempertimbangkan untuk menjual emas di bulan Desember atau Januari, yang memiliki potensi kenaikan harga hingga 77% dan 70%, berdasarkan data historis.

Selain itu, jika kamu ingin memanfaatkan tren global, kamu bisa memilih untuk membeli emas pada bulan Oktober, yang mencatatkan penurunan harga hingga 88%, atau pada bulan Juni dan September, yang memiliki koreksi harga sekitar 60%. 

Kemudian, kamu bisa menjual emas pada bulan Januari, di mana harga emas global cenderung naik secara konsisten dalam 10 tahun terakhir.

Namun, karena perubahan harga emas yang tidak selalu bisa diprediksi dengan pasti tiap bulannya, salah satu strategi yang lebih aman dan konsisten adalah Dollar Cost Averaging (DCA). 

Dengan strategi DCA, kamu membeli emas secara rutin atau berkala, tanpa terlalu fokus pada fluktuasi harga jangka pendek. Meskipun harga emas bisa naik turun, secara jangka panjang, harga emas cenderung meningkat dan tidak menjadi lebih murah, melainkan justru semakin mahal. 

Dengan strategi ini, kamu bisa mengurangi risiko membeli di harga puncak dan memanfaatkan potensi keuntungan dalam jangka panjang.

Misalkan kamu membeli emas 10 gram pada Januari 2014, atau sekitar 9 tahun 9 bulan lalu, dengan harga Rp. 519.982 per gram, yang totalnya Rp. 5,19 juta. Namun, saat ini, pada akhir September 2024, harga emas sudah mencapai Rp

 1.327.749 per gram, yang artinya total emas 10 gram kini bernilai Rp. 13,27 juta. Dengan demikian, dalam hampir 10 tahun terakhir, harga emas dalam negeri naik sekitar 155,6%. 

Ini menunjukkan bahwa meskipun harga emas dapat mengalami fluktuasi jangka pendek, secara keseluruhan, harga emas cenderung naik seiring waktu dan inflasi.

Melihat kinerja historis ini, emas bukan hanya sekadar safe haven yang melindungi aset dari gejolak pasar dan ketidakpastian, tetapi juga merupakan aset yang bisa mengalahkan inflasi. 

Emas juga sangat cocok sebagai pilihan investasi untuk tujuan jangka panjang, seperti dana pendidikan anak, dana pensiun, atau warisan, karena cenderung terus naik dan tidak tergerus inflasi.

Jika kamu berencana menggunakan strategi lump sum atau membeli dalam jumlah besar sekaligus di awal, penting untuk mempertimbangkan kinerja historis harga emas dalam 10 tahun terakhir. 

Strategi ini lebih cocok untuk investor dengan dana yang cukup besar. Namun, jika dana terbatas, strategi dollar cost averaging (DCA) bisa jadi pilihan yang lebih tepat. 

Dengan DCA, kamu bisa membeli emas secara rutin dengan nominal yang lebih kecil, mengurangi risiko membeli di harga puncak.

Ingat, berinvestasilah sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasimu. Pastikan juga untuk memilih investasi emas fisik atau digital yang aman dan terpercaya, seperti yang tersedia di super app investasi Bareksa.

Emas Murah atau Mahal? Pelajari Pola Harga Emas Sepanjang 10 Tahun Terakhir Emas Murah atau Mahal? Pelajari Pola Harga Emas Sepanjang 10 Tahun Terakhir Reviewed by Dita Khafifah on November 02, 2024 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.