Emas Semakin Menggairahkan! Bloomberg Intelligence Prediksi US$3.000 di Masa Depan

Mike McGlone, Ahli Strategi Komoditas Senior di Bloomberg Intelligence, memperkirakan harga emas akan segera menembus angka US$3.000 per ounce. Ia menyebutkan bahwa emas memiliki potensi besar untuk terus menguat, terutama karena perannya sebagai lindung nilai terhadap penurunan nilai mata uang, di tengah ketidakpastian ekonomi global. 

 

EmHarga Emas Setelah Pemangkasan Fed Rate: PeluangEmas Semakin Menggairahkan! Bloomberg Intelligence Prediksi US$3.000 di Masa Depan

 

Kondisi ini menjadikan emas sebagai pilihan investasi yang tangguh dan dapat terus berkembang.


“Saya yakin ini hanya soal waktu sebelum harga emas mencapai US$3.000 per ons. Lonjakan harga emas bisa sejajar dengan indeks S&P 500,” ujar McGlone, sebagaimana dilansir Kitco News (8/8).

Walaupun ia tidak memberikan perkiraan waktu yang pasti, prediksi ini berkaitan dengan kondisi pasar yang sedang menghadapi pelemahan ekonomi di AS. McGlone menekankan pentingnya strategi investasi yang lebih aman di tengah situasi ini. 

"Saat ini, mengurangi porsi aset berisiko dan beralih ke investasi yang lebih aman seperti emas dan obligasi pemerintah AS adalah langkah yang bijak. Emas, khususnya, semakin menonjol sebagai aset yang kuat," jelasnya.

Pasar saham global, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), mengalami tekanan akibat aksi jual (panic selling) seiring kekhawatiran investor terhadap potensi resesi di AS. 

Kekhawatiran ini mencuat setelah data pengangguran AS bulan Juli 2024 yang tercatat 4,3%, lebih tinggi dari perkiraan, dan jumlah tenaga kerja non-pertanian yang lebih rendah dari ekspektasi.

Jika ekonomi AS melemah signifikan sebelum The Federal Reserve memotong suku bunga, resesi bisa terjadi dan memberi dampak negatif bagi pasar saham global, termasuk IHSG. 

Spekulasi juga muncul bahwa The Fed terlambat dalam memangkas suku bunga, dengan ekspektasi penurunan sebesar 50 basis poin atau lebih, dibandingkan perkiraan awal hanya 25 basis poin pada rapat di bulan September, dari level saat ini 5,25%-5,5%.

Selain itu, tekanan pasar juga didorong oleh praktik carry trade yen Jepang, di mana investor meminjam mata uang berbunga rendah seperti yen untuk diinvestasikan pada mata uang dengan bunga lebih tinggi, seperti real Brasil, dolar Australia, atau dolar AS. Di tengah gejolak pasar ini, emas kembali menjadi pilihan banyak investor sebagai aset safe haven. 

McGlone mencatat adanya pola yang mengkhawatirkan antara kondisi pasar saat ini dan krisis keuangan pada 2008, bahkan dengan potensi dampak yang lebih buruk. 

Salah satu indikasinya adalah indeks volatilitas yang tinggi, di mana pergerakan rata-rata 52 minggu diperkecil dengan suku bunga T-bill yang rendah, mirip dengan situasi pada 2007. 

Selain itu, rasio kapitalisasi pasar saham AS terhadap PDB kini sekitar dua kali lipat dari tingkat sebelum krisis, dibandingkan dengan sekitar 1,3 kali sebelum krisis keuangan, yang menunjukkan risiko volatilitas yang signifikan di masa depan.

McGlone juga menyoroti potensi resesi global, dengan fokus pada Tiongkok yang diprediksi sedang menuju resesi besar, bahkan mungkin depresi. Ini terlihat dari imbal hasil Obligasi Pemerintah China tenor 10 tahun yang berada di level 2,15% (8/8), jauh lebih rendah dibandingkan dengan imbal hasil Treasury AS di 3,78%.

"Saya rasa ini sudah menjadi masalah makro global. Tantangan ekonomi yang dihadapi oleh banyak negara ekonomi utama ini berkontribusi pada meningkatnya turbulensi pasar global," ungkapnya.

Faktor-faktor lain yang mendukung prospek harga emas adalah ketegangan yang terus meningkat di Timur Tengah, yang memunculkan ketidakpastian global dan memperburuk sentimen pasar. 

Konflik ini belum menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir, dan hal ini semakin mendorong investor untuk mencari perlindungan di aset aman seperti emas.

Selain itu, aksi pembelian besar-besaran emas oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk Bank Sentral China (PBoC), turut memperkuat prospek positif bagi logam mulia ini. 

Minat yang semakin besar dari investor ritel dalam membeli emas juga turut mengerek harga, menjadikan emas sebagai salah satu aset yang semakin "glowing" di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Prediksi Harga Emas 2025: Optimisme Meningkat meski Konsolidasi


Citi sebelumnya memproyeksikan bahwa permintaan bank sentral yang tinggi akan mendorong harga emas hingga US$2.600 di semester II 2024, dan bahkan mencapai US$3.000 pada 2025. 

Meskipun permintaan emas dari bank sentral mengalami penurunan dalam beberapa bulan terakhir setelah lonjakan harga pada awal tahun, optimisme tetap tinggi mengenai kekuatan pasar ini di tahun 2024.

Analis komoditas Citi menjelaskan bahwa meskipun harga emas sedang dalam fase konsolidasi, permintaan yang kuat pada paruh kedua tahun ini dapat mendorong harga emas hingga menembus angka US$2.600 per ons. 

Citi memperkirakan permintaan emas dari bank sentral akan memecahkan rekor pada tahun ini, dengan prediksi bank sentral akan membeli sekitar 1.100 ton emas, naik 5,8% dibandingkan tahun lalu, dan bisa melebihi 1.250 ton dalam skenario bullish.

Selain itu, Citi juga mencatat bahwa pertumbuhan permintaan dari konsumen ritel dan investor akan turut mendukung harga emas. 

Dalam laporan mereka, Citi menyebutkan bahwa potensi pemotongan suku bunga oleh The Fed serta hambatan dalam pasar tenaga kerja AS akan memperkuat permintaan emas.

Citi memproyeksikan bahwa harga emas dapat diperdagangkan antara US$2.800 hingga US$3.000 per ons pada pertengahan 2025, menunjukkan optimisme yang lebih besar terhadap prospek logam mulia ini di tahun mendatang.

Prediksi harga emas untuk 2025 menunjukkan potensi kenaikan yang signifikan, didorong oleh faktor-faktor seperti permintaan tinggi dari bank sentral, pertumbuhan permintaan ritel, serta potensi pemotongan suku bunga oleh The Fed. 

Meskipun harga emas saat ini sedang dalam fase konsolidasi, analisis dari Citi dan Bloomberg Intelligence mengindikasikan bahwa harga emas bisa mencapai angka US$2.600 pada akhir 2024 dan bahkan menembus US$3.000 pada 2025.

Dengan meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, termasuk potensi resesi di AS dan Tiongkok, serta ketegangan geopolitik di berbagai wilayah, emas diperkirakan akan tetap menjadi aset yang menarik dan aman. 

Peran emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi semakin menguat, menjadikannya pilihan investasi yang solid dalam jangka panjang.

Emas Semakin Menggairahkan! Bloomberg Intelligence Prediksi US$3.000 di Masa Depan Emas Semakin Menggairahkan! Bloomberg Intelligence Prediksi US$3.000 di Masa Depan Reviewed by Dita Khafifah on November 06, 2024 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.