Dewan Emas Dunia (World Gold Council/WGC) menyatakan bahwa penurunan harga emas belakangan ini merupakan fenomena sementara dan tidak mencerminkan kondisi jangka panjang. WGC melihat masih ada faktor-faktor fundamental yang mendukung harga emas di masa depan.
Menurut riset WGC yang dirilis pada 12 November, tekanan pada harga emas disebabkan oleh kekuatan dolar AS dan arus keluar dana dari pasar exchange-traded fund (ETF) emas setelah kinerja kuat yang tercatat pada Oktober.
Penurunan harga emas ini, menurut WGC, mungkin menunjukkan berakhirnya fase kenaikan harga yang terjadi sebelumnya, yang didorong oleh investor yang mencari lindung nilai menjelang pemilihan umum AS pada 5 November.
Selama pekan pertama November 2024, diperkirakan arus dana keluar dari pasar ETF emas global mencapai sekitar US$809 juta (setara dengan 12 ton), terutama berasal dari pasar Amerika Utara.
Namun, arus keluar ini diimbangi dengan arus masuk yang cukup kuat ke ETF emas di pasar Asia, yang mungkin mencerminkan kekhawatiran pasar terkait potensi perang dagang antara AS dan Tiongkok setelah terpilihnya Donald Trump sebagai presiden ke-47.
Selain itu, posisi net COMEX turun 74 ton, atau 8% lebih rendah dibandingkan minggu sebelumnya.
Menurut WGC, meskipun harga emas dalam mata uang dolar AS turun 1,6% pada pekan pertama November, penurunan tersebut tidak begitu signifikan di mata uang lainnya.
Di mata uang euro, misalnya, harga emas stagnan atau 0%, sedangkan di mata uang yuan China hanya turun 0,7% dan rupee India turun 1,2%. Meskipun demikian, sepanjang tahun berjalan (YTD), harga emas justru mencatatkan kenaikan di semua mata uang. Kenaikan tertinggi tercatat di mata uang yen Jepang yang melonjak 40%, disusul dolar Kanada yang naik 36%.
WGC mengungkapkan bahwa imbal hasil obligasi dan dolar AS yang lebih kuat, peningkatan risiko di pasar saham, naiknya nilai mata uang kripto, serta meredanya ketegangan geopolitik dapat menyebabkan penurunan harga emas dalam jangka pendek.
Meskipun reli emas sedikit teredam akibat hasil Pemilu AS, yang mengarah pada penguatan imbal hasil obligasi AS dan dolar, serta sentimen risiko yang meningkat di pasar saham, WGC menilai jeda kenaikan ini justru bisa menjadi penurunan jangka pendek yang sehat bagi harga emas.
Prediksi Goldman Sachs
Prediksi Goldman Sachs mengenai harga emas cukup optimistis. Bank investasi asal AS ini merekomendasikan untuk "go for gold" dan memproyeksikan emas akan kembali mencatatkan rekor tertingginya pada tahun depan.
Hal ini didorong oleh aksi pembelian besar-besaran oleh bank sentral dan pemangkasan suku bunga AS. Bahkan, Goldman mencantumkan emas dalam daftar komoditas teratas yang diperdagangkan pada 2025.
Goldman memprediksi harga emas bisa menembus US$3.000 per ons pada Desember 2025, dengan suku bunga The Fed yang dipangkas dan aliran dana yang meningkat ke pasar emas.
Ketegangan perdagangan yang meningkat, bersama dengan kekhawatiran atas keberlanjutan fiskal AS, juga diperkirakan akan mendongkrak harga emas. Meskipun harga emas saat ini tertekan pasca pemilu, prospek jangka panjang tetap positif.
Pada Senin (18/11), harga emas spot tercatat di kisaran US$2.595,6, setelah mencapai level tertingginya di atas US$2.790 pada Oktober lalu.
Prediksi Tim Analis Bareksa
Prediksi dari Tim Analis Bareksa menunjukkan bahwa turunnya harga emas baru-baru ini bisa menjadi peluang bagus untuk membeli. Mereka memprediksi harga emas dalam negeri akan menutup 2024 di kisaran Rp1,4 juta hingga Rp1,45 juta per gram, untuk emas fisik digital, tanpa mempertimbangkan biaya cetak.
Pada tahun 2025, harga emas dalam negeri diprediksi bisa mencapai Rp1,5 juta hingga Rp1,55 juta per gram, dengan potensi kenaikan sekitar 4,3% pada akhir 2024 dan 11,5% pada 2025.
Sementara itu, untuk harga emas global, Tim Analis Bareksa memprediksi pada 2024 harga emas spot akan berada di kisaran US$2.700 per ons, meskipun sempat tercatat lebih tinggi, saat ini harga emas global berada di sekitar US$2.600-an.
Pada 2025, harga emas global diprediksi bisa menembus US$3.000 hingga US$3.100 per ons, dengan potensi kenaikan 16,5% dibandingkan harga saat ini.
Prediksi Harga Emas 2024 dan 2025
Prediksi harga emas untuk 2024 dan 2025 mempertimbangkan beberapa faktor utama. Tim Analis Bareksa memproyeksikan bahwa aksi pembelian emas fisik oleh bank sentral akan terus berlanjut, sebagai langkah antisipasi terhadap ketidakpastian ekonomi dan politik global.
Permintaan emas untuk perhiasan juga diperkirakan akan meningkat, ditambah dengan minat investor ritel yang terus bertumbuh dalam mengoleksi emas batangan.
Selain itu, seiring dengan pemulihan pasar saham negara-negara maju pasca terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS, permintaan terhadap emas fisik di instrumen exchange traded fund (ETF) juga diperkirakan akan naik.
Para investor di negara maju yang meraih keuntungan dari pasar saham berpeluang untuk mengamankan aset mereka dengan berinvestasi di ETF emas, sebagai upaya untuk mendiversifikasi portofolio dan mencari aset yang lebih aman (safe haven).
Kesimpulannya, meskipun harga emas sempat terkoreksi akibat faktor-faktor teknikal dan arus dana keluar dari pasar ETF, prospek jangka panjang emas tetap menjanjikan.
Bank sentral global, permintaan emas untuk perhiasan, dan minat investor ritel menjadi faktor pendukung utama yang mendorong harga emas di masa depan.
Prediksi harga emas untuk 2024 dan 2025 menunjukkan potensi kenaikan yang signifikan, baik untuk emas dalam mata uang rupiah maupun harga emas spot global.
Terlebih, ketidakpastian ekonomi dan politik global serta penurunan suku bunga di AS berpotensi memperkuat posisi emas sebagai aset safe haven yang menarik bagi investor.
Tidak ada komentar: